kesenian khas daerah
- Dexter Harto K
Dexter Harto K - Menurut saya Keberagaman kesenian yang berada di tanah jawa, sumatera dan pulau lain-lainnya merupakan cagar seni budaya yang harus segera dijaga agar tidak adanya lagi pengakuan dari berbagai negara.
Kesenian-kesenian di jakarta tidak lepas ikatannya dari
masyarakat Betawi. Karena memang dari sanalah kesenian asli kota tersebut.
Kesenian-kesenian itu meliputi:
Dexter Harto K - Merupakan salah atu musik khas dari kesenian Betawi yang
paling terkenal. Setiap kesempatan perihal Betawi, kesenian ini selalu menjadi
tempat paling utama. Ini di karenakan kesenian ini sangat erat sekali ikatannya
dengan kesenian Betawi. Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian
musik setempat dengan budaya Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik
yang di gunakan seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama
Kongahyan,Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain: gambang,
kromong, krecek, gendang, kempul dan gong. Sejak abad ke 18, kesenian Gambang
Kromong sudah sangat berkembang khususnya di daerah Tangerang. Kesenian ini
bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa pekerja pribumi
di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita
perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan (alat musik
cina). Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat
sentuhan kreativitas “Panjak” Betawi legendaris “Si Macan Kemayoran”, Almarhum
H. Benyamin Syueb bin Ji’ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada,
jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap
hajatan atau “kriya’an” yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang
Kromong sebagai menu hidangan musik yang paling utama. Namun seiring
berkembangnya zaman musik ini seakan hidup dan mati. Musik ini hanya bisa
terdengar di bulan Juni saja, sewaktu hari jadi kota Jakarta. Itupun hanya di
tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya. Di perlukannya
kerjasama untuk melestarikan kesenian ini, khususnya untuk generasi muda betawi
agar sadar keberadaan etnis Betawi itu adalah sebagai etalase keudayaan
Indonesia.
Dexter Harto K - Kesenian Betawi yangdalam bentuk orkes yang mendapat
pengaruh dari suku Melayu. Lagu-lagu yang biasa di bawakan biasanya lagu-lagu
yang bersifat jadul(jaman dulu) seperti lagu Burung Putih, Pulo angsa Dua dan
sirih Kuning. Orkes Samrahh banyak berkembang di daerah Tenabang, dimana daerah ini dikenal sebagai pusat dari
penyebaran Melayu Riau di Betawi. Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi
lagu-lagu khas Betawi semacam Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan
lain-lain. Sementara tarian yang biasa diiringi orkes samrah disebut Tari
Samrah. Biasanya, para penari samrah menari berpasang-pasangan dengan gerakan
tari bermacam-macam, yang salah satunya dipengaruhi oleh gerakan silat. Tokoh
dalam bidang musik samrah adalah Ali Sabeni, anak dari Jawara legendaris
Sabeni.
Dexter Harto K - Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes.
Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan
biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek
dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar
pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini
diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas
layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat,
sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
Dexter Harto K - Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan
Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam
Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini
tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada
pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya
Keraton.
WAYANG KULIT
Dexter Harto K - Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum
kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa.
Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang
Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme.
Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa
disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja
Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya
berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun
lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita
Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik
perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan
oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur
tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang
Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
TARIAN JAWA
Dexter Harto K - Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat
baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang
tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana,
maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis.
Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada
tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah
dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa,
adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian
ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta
oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan berlatarbelakang
mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan
Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono,
1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.
KERIS JAWA
Dexter Harto K - Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai
symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin
prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili
sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa
mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari
satu sura.
Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu
keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel,
bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga
kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang
maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu.
Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang
sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak
lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
KETOPRAK Ketoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat
ing Jawa tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa sisih Wetan (Jawa Timur
).Ketoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa tengah lan biso ngasorake
kesenian liyane ,umpamane Srandul, Emprak lan sakliyane. Ketoprak wiwit
bebukane awujud dedolanan para priyo ing dusun kang lagi nganaake lelipur
sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari , kasebut
Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo
lelipur . Sak teruse ana tambahan gendang, terbang lan suling, mula wiwit saka
iku kasebut Ketoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure
ana ing tahun 1909 wiwitan dianaake pagelaran Ketoprak kanthi
paripurna/lengkap.
Pagelaran Ketoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane
masyaraket/umum, yokuwi Ketoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro,
sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yoiku : Warso – Warsi,
Kendono Gendini, Darmo – Darmi, dlan sapanunggalane.
Sak wise iku pagelaran Ketoprak sang soyo suwe dadi lan
apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing
kadadeyan sak wise Pagelaran Ketoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering
gamelan . Anane gegayutan karo pagelaran “teater” para narapraja ,
Diposkan oleh ani lestari di 21.50 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Kesenian Bali
BAGI MASYARAKAT BALI TARIAN TIDAK BISA DIPISAHKAN DARI
SETIAP KEGIATAN KEAGAMAAN, NAMUN DENGAN ANGGAPAN SEPERTI INI BUKAN BERARTI
SETIAP ORANG BALI BISA MENARI. ADA YANG MEMANG LAHIR MEMPUNYAI BAKAT INI,
BIASANYA JUGA BAPAK DAN IBU ATAUPUN KAKEKNYA DULU JUGA PENARI. TARI OLEG
(SEPERTI YANG TAMPAK PADA GAMBAR DISEBELAH), SALAH SATU TARIAN BALI YANG PALING
TERKENAL. TARIAN INI DICIPTAKAN OLEH I KETUT MARIA ATAU LEBIH DIKENAL DENGAN
NAMA MARIO. MARIO YANG BERASAL DARI TABANAN INI JUGA TELAH MENJELAJAH BERBAGAI
NEGARA DI KALA ITU (SEKITAR 1958) UNTUK MEMPERAGAKAN KEPIAWAIANNYA MENARI.
KESENIAN TARI BAGI MASYARAKAT BALI MEMANG TAK BISA DIPISAHKAN. TARIAN BALI,
SEPERTI LEGONG, JANGER, BARIS, KECAK, ADALAH TARIAN YANG DISAKRALKAN DAN
MENGALAMI MASA JAYA PADA TAHUN 1930. GAMBAR-GAMBAR INI DIAMBIL DARI INTERNET,
MENUNJUKKAN BETAPA TARIAN MENJADI JIWA MANUSIA BALI
· Seni Drama dan Tari
Drama dan tari tidak dapat dipisahkan. Keduanya seperti dua
warna permukaan daun sirih, sama-sama mengandung rasa dan aroma yang tidak
berbeda. Budaya Bali memiliki banyak sekali ragam kesenian Drama dan Tari. Ini
menunjukkan bahwa budaya kita sangat beradab. Drama dan tari penuh dengan
simbol-simbol. Baik simbol dari kehidupan nyata maupun simbol kehidupan alam
lain dan mimpi-mimpi. Hanya peradaban manusia yang mengerti arti simbol.
Simbolisme yang digambarkan oleh para seniman drama dan tari di Bali sangat
komunikatif. Tidak hanya menghibur hati, tetapi dapat memberikan pedoman yang
mudah dicerna tentang benar dan salah, tentang baik dan buruk. Drama dan tari
tidak hanya menghubungkan nalar dan rasa antar manusia, tetapi juga
menghubungkan alam sekala dan niskala manusia secara harmonis dan estetis.
Mengalir terus dipenuhi dengan inovasi baru yang tak pernah terbendung.
Macam-macam drama dan tari : Abuang, Drama klasik, Kontemporer, Sanghyang,
Arja, Gambuh, Legong, Topeng, Baris, Gebug Ende, Makare-karean, Wayang Kulit,
Barong, Janger, Mresi, Wayang Wong, Calonarang dan masih banyak lagi yang
lainnya.
· Seni Suara
Budaya Bali sangat kaya dengan seni tembang dan karawitan.
Tidak hanya yang telah diwariskan oleh leluhur, karya-karya baru masih terus
bermunculan. Baik yang klasik maupun kontemporer. Tidak akan habis kalau
pembicaraan kita kembangkan hingga mencakup lagu-lagu pop Bali. Harapan kita
tentu saja, agar gema yang baru tidak menenggelamkan yang telah ada. Demikian
pula, semoga yang baru mempunyai kualitas dan bobot yang cukup baik dari segi
isi dan keindahan. Suara yang baik dan indah memberi kekuatan kepada jiwa,
menenteramkan galau dan kegelisahan hati, membersihkan perasaan dari prasangka
buruk dan menerangi kalbu. Dalam seni suara, kita membahas keindahan nada dan
irama yang ditampilkan para seniman melalui lagu yang dinyanyikannya. Sedangkan
dalam seni karawitan membahas keindahan lagu yang diperdengarkan oleh
keterampilan mereka memainkan bunyi-bunyian tradisional. Seni suara selebihnya,
seperti seni musik kontemporer, tidak dibahas di sini. Maaf, karena sudah
dibahas di website lain yang lebih jamak. Macam-macam Seni suara Bali : Seni
tembang, Seni karawitan, Seni vokal (kontemporer), Seni musik (kontemporer).
Diposkan oleh ani lestari di 21.48 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Kesenian Jawa Barat
SISINGAAN
Sisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa
Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya
sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang
anak yang akan dikhitan (sunat) atau seorang tokoh masyarakat.
TARI TOPENG
Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon
tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje
Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya
pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa wayang wong dengan
dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori
awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal
perkembangan Tari Topeng Priangan.
TARI WAYANG
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan
Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian
disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor,
Bandung dan Tasikmalaya.
KESENIAN ADU DOMBA
Adu domba merupakan salah satu kesenian khas rakyat jawa
barat yang cukup digemari, terutama di kalangan tradisional. Kesenian ini
merupakan peninggalan leluhur yang masih bertahan eksistensinya hingga saat
ini. Pada intinya adu domba ialah ajang pamer ketangkasan hewan ternak yang
pada akhirnya akan menaikan gengsi suatu perkumpulan ternak tertentu. Para
pesertanya ialah peternak-peternak domba yang tersebar hampir di seluruh jawa
barat, terutama daerah garut, sumedang, bandung, majalengka dan lainya. Event
adu domba dilaksanakan setiap tahun dengan sistim kompetisi, hampir setiap
bulan kegiatan ini dilaksanakan bergilir di daerah-daerah. Di bandung arena adu
domba salah satunya terletak di lebak siliwangi.
Setiap event adu domba selalu dipadati oleh penonton.
Kegiatan ini juga memiliki gengsi yang cukup tinggi karena banyak tokoh-tokoh
sunda yang juga merupakan penggemar sekaligus
pemiliknya, seperti Kang Ibing (alm) dan lain lain.
GAMELAN DEGUNG
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di
Jawa Barat, antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro
biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan
dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro,
hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyaraka dan jarang
dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup
terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara
gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan
lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten
Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu
Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng,
ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang,
berorientasi pada gamelan Renteng
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena
tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang
golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan
perkembangan dari wayang kulit. Ada yang menyebutkan bahwa pada tahun 1583
Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek
yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988)
menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang
purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir.
Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit
sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut
sebagai wayang golek.
JAIPONG
Tari ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum
Gumbira, sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis
musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat
Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang relatif
baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang
sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta Ronggeng.
CALUNG
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
(purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah)
dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada)
pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari
awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih). Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat
dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal,
yakni calung rantay dan calung jinjing.
TARI & IBING PENCAK SILAT
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat
adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan
ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini dengan
istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa istilah
ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai pengertian yang
berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dibanding
tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain ada unsur keindahan
gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam
ibing pencak silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari
lebih ditekankan pada unsur
ANGKLUNG
Sejak Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang
terbuat dari bambu khusus, yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar
tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian lokal atau tradisional. Namun karena bunyi-bunyian yang ditimbulkannya
sangat merdu dan juga memiliki kandungan lokal dan internasional seperti bunyi
yang bertangga nada duremi fa so la si du dan daminatilada, maka angklung pun
cepat berkembang, tidak saja dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan
regional, nasional dan internasional. Bahkan konon khabarnya pertunjukan
angklung pernah digelar dihadapan Para pemimpin Negara pada Konferensi Asia
Afika di Gedung Merdeka Bandung tahun 1955.
Sepeninggal Daeng Sutigna kreasi kesenian angklung diteruskan
oleh Mang Ujo dan Erwin Anwar. Bahkan Mang Ujo telah membuat pusat pembuatan
dan pengembangan kreasi kesenian angklung yang disebut ‘Saung angklung Mang
Ujo” yang berlokasi di Padasuka Cicaheum Bandung. Salah satu program yang ia
lakukan khususnya untuk mempertahankan kesenian angklung adalah memperkenalkan
angklung kepada para siswa sekolah, mulai TK, sampai dengan tingkat SLTA dan
bahkan telah menjadi salah satu kurikulum pada pada mata pelajaran lokal. Kini
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi
Manusia dari UNESCO sejak November 2010.