kesenian daerah bali - Dexter Harto K
Dexter Harto K - Bali merupakan daerah yang memilliki Kesenian yang selalu ada setiap hari untuk pementasannya, bali juga menjadi magnet para turis untuk mengabadikan tarian nya yang terkenal di seluruh dunia, adalah tarian bali .
TARI BALI
Tari bali merupakan bagian organik dari masyarakat
pendukungnya dan perwatakan darimasyarakatnya tercermin dalam tari. (I Made
Bandem, 1983). Menurut struktur masyarakatnya,seni tari bali dapat dibagi
menjadi 3 (Tiga) periode yaitu:
1. Periode Masyarakat Primitif (Pra-Hindu) (20.000 S.M-400
M)
2. Periode Masyarakat Feodal (400 M-1945)
3. Periode Masyarakat modern (sejak tahun 1945)
Masyarakat Primitif (Pra-Hindu)
Dexter Harto K - Pada zaman Pra-Hindu kehidupan orang-orang di Bali
dipengaruhi oleh keadaan alamsekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme
kehidupan mereka. Tari-tarian meraka menirukangerak-gerak alam sekitarnya
seperti alunan ombak, pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang danlain sebagainya.
Bentuk-bentuk gerak semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam
TariBali. Dalam zaman ini orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi
mereka juga mengabdikankehidupannya kepada kehidupan sepiritual. Kepercayaan
mereka kepada Animisme danTotemisme menyebabkan tari-tarian mereka bersifat
penuh pengabdian, berunsurkan Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi
sebagai penolak bala. Salah satu dari beberapabentuk tari bali yang bersumber
pada kebudayaan Pra-Hindu ialah sang hyang.
Masyarakat Feodal
Dexter Harto K - Pada masyarakat feodal perkembangan Tari Bali ditandai oleh
elemen kebudayaan hindu.Pengaruh hindu dibali berjalan sangat pelan-pelan.
Dimulai pada abad VII yaitu padapemerintahan raja ugra sena di Bali. Pada abad
X terjadi perkawinan antara raja udayana denganmahendradatta, ratu dari jawa
timur yang dari perkawianan tersebut lahir raja airlangga yangkemudian menjadi
raja di jawa timur. Sejak itu terjadi hubungan yang sangat erat antara jawa
danbali. Kebudayaan bali yang berdasarkan atas penyembahan leluhur ( animisme
dan totemisme)bercampur dengan Hinduisme dan budhisme yang akhirnya menjadi
kebudayaan hindu sepertiyang kita lihat sekarang catatan tertua yang
menyebutkan tentang berjenis-jenis seni tari ditemui dijawa tengah yaitu batu
bertulis jaha yang berangka tahun 840 Masehi. Pada zaman Feodal tariberkembang
di istana, berkembang juga dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
kepentinganagama yang tidak pernah absen dari tari dan musik.
Masyarakat Modern
Didalam masyarakat modern yang dimulai sejak kemerdekaan
Republik Indonesia padatahun 1945, patromisasi dari kerajaan-kerajaan di zaman
Feodal mulai berkurang. Pada masa inibanyak diciptakan kreasi-kreasi baru,
walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan kepada nilaitradisional; yaitu hanya
perobahan komposisi dan interpretasi lagu kedalam gerak.
Pengertian Tari
Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan
dengan gerakan-gerakantubuh manusia. Dari pengertian tersebut tampak dengan
jelas bahwa hakekat daripada tari adalahgerak. Sehubungan dengan hal tersebut
dalam buku Kamus umum Bahasa Indonesia dinyatakanbahwa: “Tari adalah gerakan
badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan biasanya diiringidengan
bunyi-bunyian (seperi musik, gamelan)”. Poerwadarminta, (1976 : 1020). Gerak-gerakdari
bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai
maksudtertentu. Selanjutnya dalam buku pendidikan seni tari disebutkan bahwa
“seni tari adalah ungkapannilai-niliai keindahan dan keluhuran lewat gerak dan
sikap”. (Wardhana, 1990:8)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan seni tari dalam judul skripsi iniadalah ekspresi jiwa manusia yang
diwujudkan melalui gerak keseluruhan tubuh yang indah. Gerakini ditata dengan
irama lagu pengiring sesuai dengan lambang watak dan tema tari.
UKIRAN KHAS BALI
Sekarang ini walaupun dunia berkembang begitu pesat,
pengaruh budaya luar begitu terasa, salah satu yang masih bisa eksis di Bali
adalah ukiran khas Bali.
NGABEN
Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan
umat Hindu di Bali, upacara ini dilakukan untuk menyucian roh leluhur orang
sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan
pembakaran jenazah.
Dalam diri manusia mempunyai beberapa unsur, dan semua ini
digerakan oleh nyawa/roh yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal,
yang ditinggalkan hanya jasad kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus
kekal sampai akhir jaman. Di saat itu upacara Ngaben ini terjadi sebagai proses
penyucian roh saat meninggalkan badan kasar.
Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang
semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia.
Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa
Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi
upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar
menggunakan api agar bisa dapat kembali ke sang pencipta, api penjelmaan dari
Dewa Brahma bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang
yang telah meningggal.
Upacara Ngaben ini dianggap sangat penting bagi umat Hindu
di Bali, karena upacara Ngaben merupakan perujudan dari rasa hormat dan sayang
dari orang yang ditinggalkan, juga menyangkut status sosial dari keluarga dan
orang yang meninggal. Dengan Ngaben, keluarga yang ditinggalkan dapat
membebaskan roh/arwah dari perbuatan perbuatan yang pernah dilakukan dunia dan
menghantarkannya menuju surga abadi dan kembali berenkarnasi lagi dalam wujud
yang berbeda.
Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri
dari berbagai rupa sesajen dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya
ritual lain yang sering dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya
dilalukan secara besar besaran, ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga
yang banyak dan juga biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben
sering dilakukan dalam waktu yang lama setelah kematian.
Pada masa sekarang ini masyarakat Hindu di Bali sering
melakukan Ngaben secara massal / bersama, untuk meghemat biaya yang ada, dimana
Jasad orang yang meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai
biaya mencukupi baru di laksanakan, namun bagi orang dan keluarga yang mampu
upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya, untuk sementara waktu jasad
disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan kurang
baik bila penyimpanan jasad terlalu lama di rumah, karena roh orang yang
meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup
diantara 2 alam dan selalu ingin cepat dibebaskan.
Pelaksanaan Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu
berkonsultasi dengan pendeta untuk menetapkankan kapan hari baik untuk
dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari baik yang akan ditetapkan, biasanya
pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai melakukan Persiapan tempat
mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu yang terbuat dari bambu,
kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.
Dipagi harinyasaatupacara ini dilaksanakan, seluruh
keluargadanmasyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara
dilaksanakan Jasad terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan
pemandian di pimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta
Bramana.
Setelah proses pemandian selesai , mayat dirias dengan
mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk
memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai
memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik.
Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut
diletakan di dalam“Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh
anggota keluarga dan masyarakat berbarisdidepan “Bade/keranda”. Selama dalam
perjalanan menuju tempat upacara Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan
atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini
dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah
tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela
atas kepergiannya.Arak arakan yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi
gamelan,kidung suci.Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung
terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang
arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya.
Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang
sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk
Lembu“ yang sudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta
Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian
“Lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut
dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke
laut atau sungai yang dianggap suci.
Dari pemamaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ngaben
adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang saat disakralkan dan diagungkan,
upacara ini adalah ungkapan rasa hormat yang ditujukan untuk orang yang sudah
meninggal. Upacara ini selalu dilakukan secara besar besar dan meriah, tidak
semua umat Hindu di Bali dapat melaksanakannya karena memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Semua yang berasal dari sang pencipta pada masanya akan kembali
lagi dan semua itu harus diyakini dan ihklaskan. Manusia di lahirkan dan
kemudian meninggal itu semua erat berhubungan dengan amal perbuatannya selama
di dunia.
OGOH OGOH
OGOH OGOH adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali
yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala
merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur
dan tak terbantahkan.Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan
dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Neraka, seperti:
naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa. Dalam perkembangannya, ada yang
dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau
tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau
SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh.
Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.Dalam fungsi utamanya,
Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan
diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum
Hari Nyepi.Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini
melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha
dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan
Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini
dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju
kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia,
sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi
dunia.Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai
sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
GAMELAN
adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,
gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya /
alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan
bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti
memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes
gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di
Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok
saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim
dengan gamelan.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang
mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili
seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti
sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik
India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana
cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang
Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di
gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru
pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih
spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di
Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat
musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi,
alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut.
Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief
tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses
yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog,
"Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan
"madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor
asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri
yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia
Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah
Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik
tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna
suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini
menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik
khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara
resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini,
gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.
BARONG
BARONGadalah karakter dalam mitologi Bali, sedangkan di Jawa
disebut Barongan. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia
merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Banas Pati Rajah adalah roh yang
mendampingi seorang anak dalam hidupnya. Banas Pati Rajah dipercayai sebagai
roh yang menggerakkan Barong. Sebagai roh pelindung, Barong sering ditampilkan
sebagai seekor singa. Sendratari tradisional di Bali yang menggambarkan
pertempuran antara Barong dan Rangda sangatlah terkenal dan sering
dipertunjukkan sebagai atraksi wisata.
Barong singa adalah salah satu dari lima bentuk Barong. Di
pulau Bali setiap bagian pulau Bali mempunyai roh pelindung untuk tanah dan
hutannya masing-masing. Setiap Barong dari yang mewakili daerah tertentu
digambarkan sebagai hewan yang berbeda. Ada babi hutan, harimau, ular atau
naga, dan singa. Bentuk Barong sebagai singa sangatlah populer dan berasal dari
Gianyar. Di sini terletak Ubud, yang merupakan tempat pariwisata yang terkenal.
Dalam Calonarong atau tari-tarian Bali, Barong menggunakan ilmu gaibnya untuk
mengalahkan Rangda.
KECAK
KECAK (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar
"KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack), adalah
pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan
terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau
lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah
Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak
berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada
pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para
leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain
kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari
itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti
Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain
itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada
kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan
pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi
Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini
saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar